Diposting 18 Jan 2021 di Environment
Bagi Anda yang memiliki ketertarikan pada topik-topik seputar plastik dan lingkungan, ataupun Anda yang telah berkecimpung di dunia bisnis plastik tentu istilah biodegradable sudah tidak asing lagi. Istilah ini biasanya diasosiasikan dengan produk yang terbuat dari material ramah lingkungan. Tetapi sudahkan Anda paham betul mengenai apa yang dimaksud dari biodegradable?
Tentu Anda juga setuju bahwa klaim yang banyak beredar saat ini adalah plastik merupakan material non-biodegradable. Namun benarkah demikian? Untuk mendapatkan jawabannya mari kita berangkat dari pengertian atas istilah biodegradable terlebih dahulu.
Sederhananya, sesuatu dikatakan sebagai biodegradable jika dapat terurai dengan bantuan mikro-organisme menjadi unsur yang lebih sederhana. Sebagai contoh ketika suatu produk dapat terurai secara alami menjadi karbon dioksida, air, dan mineral lainnya, maka produk tersebut bisa dikatakan sebagai biodegradable.
Lantas bagaimana dengan plastik? Apakah produk yang terbuat dari plastik memenuhi kriteria untuk dikatakan sebagai biodegradable?
Seperti yang telah disinggung di atas, anggapan populer yang beredar saat ini adalah plastik merupakan material yang non-biodegradable, yang secara definisi sebetulnya keliru. Plastik merupakan material organik yang karenanya dapat terurai dengan bantuan mikro-organisme. Namun, permasalahannya terletak pada waktu yang dibutuhkan oleh plastik untuk dapat terurai.
Sebagian besar jenis plastik membutuhkan waktu sekitar 1.000 tahun untuk dapat terurai. Fakta tersebutlah yang kemudian melahirkan asumsi keliru bahwa plastik adalah material non-biodegradable.
Dalam menanggapi hal tersebut, berbagai usaha dalam menciptakan aditif atau material yang dapat mempercepat proses penguraian plastik telah dilakukan, dan masih terus berjalan sampai saat ini. Berikut beberapa diantaranya:
Plastik photodegradable, atau yang saat ini lebih dikenal dengan oxo-biodegradable merupakan material plastik yang membutuhkan cahaya matahari untuk dapat terurai. Plastik ini pertama kali dikembangkan untuk pembuatan ring collar untuk kemasan minuman kaleng.
Saat terkena sinar matahari, plastik photodegradable / oxo-biodegradable terurai menjadi partikel plastik yang lebih kecil. Tujuannya adalah untuk memungkinkan organisme untuk mengkonsumsinya dan memecahnya.
PLA (polylactic acid) atau poli asam laktat ditemukan pada tahun 1932 oleh Carothers (DuPont) dan merupakan polimer yang saat ini dipasarkan sebagai material biodegradable. PLA membutuhkan kondisi kelembapan, suhu setidaknya 60°C dan stimulasi dari enzim tertentu—Proteinase K—untuk dapat terurai.
Teknologi yang satu ini berbasis pada aditif yang bekerja dengan cara membiarkan asam disekresi secara alami oleh mikroba guna memperlembut makromolekul pada plastik. Dengan begitu, mikroba dapat mengonsumsi makromolekul plastik lebih mudah dan cepat.
Masih banyak lagi inovasi yang telah dihasilkan untuk membuat plastik lebih mudah terurai] yang belum masuk pada pembahasan kali ini. Namun pada intinya, beberapa contoh tersebut dapat menjadi sebuah bukti bahwa adalah keliru jika menyamaratakan bahwa semua jenis plastik sulit untuk terurai, terlebih memandang bahwa plastik merupakan material non-biodegradable.
Yang terpenting adalah bagaimana saat ini kita memanfaatkan plastik dengan lebih bijak. Biasakanlah untuk memanfaatkan ulang, atau mendaur ulang produk plastik yang Anda gunakan. Sebagai bahan baku untuk memproduksi berbagai produk, saat ini juga telah banyak tersedia plastik daur ulang yang bisa anda temukan di Tokoplas.
Tokoplas merupakan pasar digital resin/ biji plastik pertama dan terbesar di Indonesia yang memfasilitasi transaksi antara penjual dan pembeli resin/biji plastik dengan informasi yang lengkap, transparan, dan harga yang bersaing.
Temukan resin/biji plastik kebutuhan Anda hanya di Tokoplas!